PENILAIAN
KINERJA
A. PENGERTIAN PENILAIAN KINERJA
Menurut pendapat beberapa ahli :
1. Menurut
Fisher, Schoenfeldt dan Shaw evaluasi kinerja/penilaian kinerja merupakan
suatu proses dimana kontribusi karyawan terhadap organisasi dinilai dalam suatu
periode tertentu.
2. GT.
Milkovich dan Bourdreau mengungkapkan bahwa evaluasi/penilaian kinerja adalah
suatu proses yang dilakukan dalam rangka menilai kinerja pegawai, sedangkan
kinerja pegawai diartikan sebagai suatu tingkatan dimana karyawan
memenuhi/mencapai persyaratan kerja yang ditentukan.
3. Meggison
(Mangkunegara, 2005:9) mendefinisikan evaluasi/penilaian kinerja adalah suatu
proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan
melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4. Andew E. Sikula yang dikutip Mangkunegara
(2000:69) mengemukakan bahwa penilaian pegawai merupakan evaluasi yang
sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan.
Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status
dari beberapa objek orang ataupun sesuatu (barang).
5.
Menurut Handoko
(1996), “Penilaian prestasi kinerja adalah proses
mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat
memperbaiki keputusan keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada
para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka”
6. Siagian
(1995:225 – 226) menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja adalah
“Suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai” dimana
terdapat berbagai faktor seperti :
·
Faktor kelemahan dan kekurangan
·
Faktor realistik dan obyektif
·
Hasil penilaian mengandung unsur nilai postif,
negatif dan kesempatan untuk memahami
·
Faktor dokumentasi dan arsip kepegawaian
·
Merupakan bahan pertimbangan dalam setiap
keputusan yang diambil menyangkut kepegawaian.
7.
Cascio (1991:73) menyebutkan bahwa “Penilaian kinerja ialah
suatu gambaran yang sistematis tentang kebaikan dan kelemahan dari pekerjaan
individu atau kelompok. Meskipun ada diantara masalah teknis (seperti pemilihan
format) dan masalah manusianya itu sendiri (seperti resistansi penilai, dan
adanya hambatan hubungan atar individu), yang kesemuanya itu tidak akan dapat
teratasi oleh penilai kinerja”.
8. Payaman
Simanjuntak (2005:105) yang menyatakan evaluasi kinerja adalah penilaian
pelaksanaan tugas (performance) seseorang atau sekelompok orang atau unit kerja
organisasi atau perusahaan. Dengan demikian, evaluasi kinerja dapat dikatakan
sebagai suatu sistem dan cara penilaian pencapaian hasil kerja individu
pegawai, unit kerja maupun organisasi secara keseluruhan.
B. METODE PENILAIAN KINERJA
1.
Metode skala
penilaian (rating scales method):
Menilai para karyawan
berdasarkan faktor-faktor yang telah ditetapkan. Para evaluator menilai kinerja
pada sebuah skala yang meliputi beberapa kategori, biasanya dalam angka 5
sampai 7, yang didefinisikan dengan kata sifat seperti luar biasa, memenuhi
harapan, atau butuh perbaikan.
Faktor-faktor yang
dipilih untuk evaluasi biasanya ada dua macam:
·
Faktor yang
berhubungan dengan jabatan (job-related)
·
Karakteristik-karakteristik
pribadi.
2.
Metode insiden
kritis (critical incident method):
Metode
penilaian kinerja yang membutuhkan pemeliharaan dokumen-dokumen tertulis
mengenai tindakan-tindakan karyawan yang sangat positif dan sangat negative. Ketika
tindakan tersebut, yang disebut insiden kritis, mempengaruhi efektivitas
departemen sacara signifikan, secara positif ataupun negatif, manajer
mencatatnya. Pada akhir periode penilaian, penilai menggunakan catatan-catatan
tersebut bersama dengan data-data lainnya untuk mengevaluasi kinerja karyawan.
3.
Metode esai (essay
method):
Penilai
menulis narasi singkat yang menggambarkan kinerja karyawan.
Metode
ini cenderung berfokus pada perilaku ekstrim dalam pekerjaan karyawan alih-alih
kinerja rutin harian. Penilaian jenis ini sangat bergantung pada kemampuan si
penilai dalam menulis.
4.
Metode standar
kerja (work standards method):
Membandingkan
kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah ditetapkan atau tingkat
output yang diharapkan. Standar-standar mencerminkan output normal dari seorang
karyawan rata-rata yang bekerja dengan kecepatan normal.
metode
untuk menentukan standar kerja:
·
Studi waktu (time
study)
·
Pengambilan
sampel pekerjaan (work sampling).
5.
Metode peringkat
(ranking method):
Penilai
menempatkan seluruh karyawan dari sebuah kelompok dalam urutan kinerja
keseluruhan. Sebagai contoh, karyawan terbaik dalam kelompok diberi peringkat
tertinggi, dan yang terburuk diberi peringkat terendah. Anda mengikuti prosedur
ini hingga Anda memeringkat semua karyawan. Kesulitan timbul ketika semua orang bekerja
pada tingkat yang sebanding (sebagaimana dipersepsikan oleh si evaluator).
6.
Metode
distribusi dipaksakan (forced distribution method):
Mengharuskan
penilai untuk membagi orang-orang dalam sebuah kelompok kerja ke dalam sejumlah
kategori terbatas, mirip suatu distribusi frekuensi normal.
7.
Metode skala
penilaian berjangkar keperilakuan (behaviorally anchored rating scale/BARS):
Menggabungkan
unsur-unsur skala penilaian tradisional dengan metode insiden kritis. Berbagai tingkat kinerja ditunjukkan sepanjang
sebuah skala yang masing-masing dideskripsikan menurut perilaku kerja spesifik
seorang karyawan.
8.
Sistem
berbasis-hasil (Results-based system):
Di
masa lalu merupakan suatu bentuk manajemen berdasarkan tujuan (management by
objectives). Manajer dan bawahan secara bersama-sama menyepakati
tujuan-tujuan untuk periode penilaian berikutnya.
Dalam
sistem tersebut, salah satu tujuannya misalkan saja adalah mengurangi limbah
sebesar 10 persen. Pada akhir periode penilaian, sebuah evaluasi
berfokus pada seberapa baik karyawan mencapai tujuan tersebut.
9.
Metode penilaian
umpan balik 360-derajat:
Meliputi
masukan evaluasi dari banyak level dalam perusahaan sebagaimana pula dari
sumber-sumber eksternal. Dalam metode ini, orang-orang di sekitar karyawan yang
dinilai bisa memberikan nilai, termasuk manajer senior, karyawan itu sendiri,
atasan, bawahan, anggota tim, dan pelanggan internal atau eksternal.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENILAIAN KINERJA
Menurut
Handoko et.al. (1994 : 135), manfaat penilaian kerja adalah sebagai berikut:
a. Manfaat
Penilaian Kinerja
1) Perbaikan
prestasi kerja
3) Keputusan
penempatan
4) Kebutuhan
latihan dan pengembangan
5) Perencanaan
dan pengembangan karir
6) Memperbaiki
penyimpangan proses staffing
7) Mengurangi
ketidak-akuratan informasi
8) Memperbaiki
kesalahan desain pekerjaan
9) Kesempatan
kerja yang adil
10) Membantu
menghadapi tantangan eksternal
Berdasarkan
manfaat di atas dapat dikatakan bahwa penilaian prestasi kerja yang dilakukan
secara tidak tepat akan sangat merugikan karyawan dan perusahaan/organisasi.
Karyawan dapat menurun motivasi kerjanya karena hasil penilaian kinerja
yang tidak sesuai dengan hasil kerjanya. Dampak motivasi karyawan yang menurun
adalah ketidakpuasan kerja yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi
produktivitas kinerja perusahaan. Bagi perusahaan, hasil penilaian kinerja yang
tidak tepat akan mempengaruhi pengambilan keputusan staffing yang
tidak tepat, misalnya promosi. Mempromosikan karyawan yang tidak tepat untuk
menduduki level manajemen, akan menurunkan kualitas perusahaan tersebut.
Kualitas yang menurun pada akhirnya akan mempengaruhi hasil pencapaian prestasi
serta jauh dari tujuan dan menghambat visi misi perusahaan tersebut.
b.
Tujuan Penilaian Kinerja
Rivai (2006 : 312-313) dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan Dari Teori Ke Praktik, tujuan penilaian kinerja karyawan meliputi :
1) Untuk
mengetahui tingkat prestasi karyawan selama ini
2) Pemberian
imbalan yang serasi, (kenaikan gaji berkala, gaji pokok, dan insentif uang)
3) Mendorong
pertanggungjawaban dari karyawan
4) Untuk
pembeda antar karyawan yang satu dengan yang lain
5) Pengembangan
SDM
6) Meningkatkan
motivasi kerja
7) Untuk
mengetahui efektivitas kebijakan SDM
8) Membantu
menempatkan karyawan dengan pekerjaan yang sesuai untuk mencapai hasil
yang baik secara menyeluruh
9) Mengidentifikasi
dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja menjadi baik
Rivai (2006 : 313-314) membedakan tujuan penilaian kinerja karyawan menjadi
dua, yaitu :
1. Tujuan
penilaian yang berorientasi pada masa lalu, yang bertujuan untuk :
a) Mengendalikan
perilaku karyawan dengan menggunakannya sebagai instrumen untuk memberikan
ganjaran, hukuman dan ancaman.
b) Mengambil
keputusan mengenai kenaikan gaji dan promosi.
c) Menempatkan
karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan tertentu.
2. Tujuan
penilaian yang berorientasi pada masa depan, dirancang secara tepat agar system
penilaian ini dapat membantu, yakni :
a) Membantu
tiap karyawan untuk semakin banyak mengerti tentang perannya dan mengetahui
secara jelas fungsi-fungsinya.
b) Merupakan
instrumen dalam membantu tiap karyawan mengerti kekuatan dan kelemahan sendiri
yang dikaitkan dengan peran dan fungsi dalam perusahaan.
c) Menambah
adanya kebersamaan antara masing-masing karyawan dengan penyelia yang mendorong
motivasi serta kontribusi kerja pada perusahaan.
d) Merupakan
instrumen bagi karyawan untuk mengevaluasi diri serta mengembangkan diri dalam
perencanaan karir.
e) Membantu
mempersiapkan karyawan untuk memegang pekerjaan pada jenjang yang lebih tinggi.
f) Membantu
dalam berbagai keputusan SDM dengan memberikan data tiap karyawan secara
berkala.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENILAIAN
Melaksanakan
penilaian prestasi kerja yang baik bukanlah suatu hal yang mudah. Ada berbagai faktor baik eksternal maupun
internal yang akan mempengaruhi penilaian terhadap prestasi kerja pegawai.
Berbedanya lingkungan dan bentuk organisasi serta kurangnya kemampuan dan
motivasi penilai dalam melaksanakan penilaian dapat mempengaruhi penilaian yang
dilakukan sehingga bisa mengakibatkan bias dalam penilaian, apalagi
ukuran-ukuran yang digunakan bersifat kualitatif :
1. Lingkungan
Eksternal Organisasi
Lingkungan
sekitar organisasi dari hari ke hari akan terus menempatkan tuntutan-tuntutan
terhadap organisasi dan pegawainya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Lingkungan akan semakin kompetitif dalam berbagai bidang, karena berbagai
perubahan yang demikian pesatnya, sehingga adanya kinerja organisasi yang
memiliki tingkat keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan keunggulan
komparatif (comparative advantage) akan menjadi suatu hal yang sangat penting.
Tuntutan
juga akan datang dari masyarakat. Mereka yang mempunyai anggapan bahwa
rakyatlah yang menggaji PNS sudah sewajarnya untuk mendapatkan pelayanan yang
prima dari PNS atas semua urusan dan kepentingannya. Oleh karena itulah maka
penilaian atas prestasi kerja pegawai harus dilaksanakan secara teratur, dan
akurat.
2. Lingkungan Internal Organisasi
Karakteristik
masing-masing organisasi itu sendiri juga akan mempengaruhi penilaian kinerja
pegawai. Dalam struktur organisasi tersebut akan menentukan siapa yang akan
bertanggung jawab untuk menilai. Dalam struktur organisasi yang menghargai
rantai komando, sebagaimana dalam organisasi pemerintah, maka yang menjadi
atasan langsung pegawailah yang akan melakukan penilaian.
Sedangkan
dalam struktur yang menghargai komunikasi lateral, seperti dalam beberapa
organisasi swasta besar, individu-individu dalam berbagai posisi mungkin juga
akan ikut melaksanakan penilaian. Selain itu, iklim organisasi, sifat dan
karakter penilainyapun akan ikut mempengaruhi penilaian kinerja tersebut.
E. PROSES PENILAIAN KINERJA
Dalam proses penilaiai kinerja
maka harus ditetapkan terlebihdahulu tentang Kriteria Kinerjanya. Dalam
menetapkan kriteriakinerja,terdapat beberapa kritera,yaitu :
1. Ciri-ciri karyawan
tertentu seperti sikap, penampilan, dan inisiatif merupakan dasar untuk
evaluasi.
2. Perilaku. Ketika
hasil dari tugas individu sulit untuk ditentukan, organisasi dapat mengevaluasi
perilaku seseorang yang terkait dengan tugasatau kompetensi.
3. Kompetensi. Kompetensi
terdiri dari pengetahuan, keterampilan, sifat dan perilaku, dan berhubungan
dengan keterampilan interpersonal atau berorientasi bisnis.
4. Pencapaian tujuan. Jika
organisasi mempertimbangkan hasil akhir pencapaian tujuansebagai suatu hal yang
berarti, hasil pencapaian tujuan akan menjadi faktor yang tepat untuk
dievaluasi untuk dibandingkan dengan standar.
5. Peningkatan potensi.
Ketika organisasi mengevaluasi kinerja karyawan, kriteria difokuskan pada masa
lalu, masa sekarang, dibandingkan denganstandar.
F. KARAKTERISTIK SISTEM PENILAIAN KINERJA YANG
EFEKTIF
karakteristik sistem penilaian yang efektif, adalah
:
1. Kriteria yang terkait dengan pekerjaan
Kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja
karyawan harusberkaitan dengan pekerjaan / valid.
2. Ekspektasi Kinerja
Sebelum periode penilaian, para manajer harus
menjelaskansecara gamblang tentang kinerja yang diharapkan kepada pekerja.
3. Standardisasi
Pekerja dalam kategori pekerjaan yang sama dan
berada di bawahorganisasi yang sama harus dinilai dengan menggunakan instrumen
yang sama.
4. Penilaian yang Cakap
Tanggung jawab untuk menilai kinerja karyawan
hendaknyadibebankan kepada seseorang atau sejumlah orang, yang secaralangsung
mengamati paling tidak sampel yang representatif dari kinerja itu. Untuk
menjamin konsistensi penilaian, para penilai harusmendapatkan latihan yang
memadai.
5. Komunikasi Terbuka
Pada umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan
untukmengetahui tentang seberapa baik kinerja mereka.
6. Akses Karyawan Terhadap Hasil Penilaian
Setiap pekerja harus memperoleh akses terhadap hasil
penilaian.Kerahasiaan akan menumbuhkan kecurigaan. Menyediakan aksesterhadap
hasil penilaian memberikan kesempatan karyawan untukmendeteksi setiap
kesalahannya.
7. Proses Pengajuan Keberatan (due
process )Dalam hubungannya dengan pengajuan keberatan secara formalatas
hasil penilainnya, penetapan due process merupakan langkah penting.
How to make money from betting, with examples
BalasHapusBetting odds in football. A sports bettor looks at the deccasino odds for an 온카지노 outcome, and finds out if it is going งานออนไลน์ to be called an acca or an ante.